Misi dan Tujuan Belanda Datang Ke Indonesia

11:27 AM

           Misi dan Tujuan Bangsa Belanda ke Indonesia

Tujuan utama kedatangan Belanda ke Indonesia adalahuntuk mencari rempah-rempah. Sejak masa kerajaan-kerajaan baik Hindu-Budha maupun Islam, Nusantara terkenal dengan daerah penghasil rempah-rempah. Rempah yang dihasilkan antara lain lada, cengkeh, kunyit dan pala. Hasil rempah-rempah ini merupakan komoditas yang sangat dibutuhkan bangsa barat khususnya Belanda. Rempah-rempah tersebut digunakan untuk ramuan penghangat badan maupun sebagai obat-obatan. 
Belanda
Tujuan lain mengenai kedatangan Belanda di Indonesia adalah karena Indonesia memiliki wilayah yang strategis, yakni sebagai jalur perdagangan Internasional antara pedagang-pedagang dari Asia maupun Eropa yang melewati selat malaka maupun pesisir pantai utara Pulau Jawa. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya monopoli perdagangan di Indonesia.
Penduduk di Indonesia merupakan mayoritas Islam. Sejak keberhasilan dakwah Islam Nusantara, berbagai sendi kehidupan dipengaruhi oleh Islam. Dan tidak dapat disangkal, keberadaan kesultanan Islam di Indonesia pada masa lampau mempertegas eksistensi Islam di Indonesia.
Keberadaan kesultanan Islam menjadikan Islam sebagai pemberi warna kehidupan sehari-hari masyarakat  di Nusantara. Peninggalan peradaban baik fisik maupun non-fisik menjadi bukti bahwa Islam merupakan sesuatu yang tidak dapat diabaikan.
Pada akhir abad XVIII M, eksistensi Islam goyah. Kedatangan kolonial Belanda, yang diawali dengan VOC, segera langsung berdampak terhadap eksistensi Islam.[1]
Ada 3 tujuan dari kedatangan Belanda:
1.    Untuk mendapatkan keuntungan ekonomi
2.    Untuk mendapatkan  kekuatan politik,yaitu menguasai wilayah Indonesia
3.    Untuk menyebarkan ideology dan keagamaan
Ketiga macam tujuan tersebut secara singkat dapat dikemukakan sebagai berikut:
Tujuan yang bersifat ekonomi dari kedatangan Belanda ke Indonesia dimulai tahun 1595, yaitu berupa armada kapal dagang yang diutus oleh Perseroan Amsterdam. perseroan tersebut bernama Vereenigde Oost Indische Compagnie ( VOC ) setelah itu menyusul  kemudian angkatan kedua tahun 1598 dibawah pimpinan Van Nede, Van Heemskerrck, dan Van Warwijck. Dalam wakyu singkat VOC sudah menguasai perdagangan di Indonesia, khususnya wilayah Banten, Maluku, Selat Bali, Ambon, dan Tidore.
Tujuan ekonomi, dan politik telah tercapai oleh Belanda. Tujuan ini ditambah dengan tujuan bersifat ideologi dan keagamaan,yaitu tujuan untuk menanmakan budaya dan agama yang berkembang di Belanda dan Indonesia. Budaya hidup berfoya-foya, berpakaian, cara berfikir,cara berbuat, dan sikap tidak peduli pada masa depan Indonesia sangat ditanamkan oleh pemerintahan Belanda melalui berbagai cara, antara lain melalui kegiatan pendidikan. Demikian pula agama yang mereka anut, yaitu Kristen Katolik mereka sebarluaskan di Indonesia dengan cara mengirim para misionaris ke berbagai daerah di Indonesia yang didukung dengan dana dan fasilitas yang memadai, dengan mendirikan gereja, dan membatasi kegiatan keagamaan islam yang telah berkembang di Indonesia.
 Tujuan kedatangan pemerintah Belanda ke Indonesia sering diungkapkan dengan istilah 3G, yaitu Gold, Glory, dan Gospel. Gold berarti  emas, berkaitan dengan tujuan ekonomi. Gospel berarti Injil atau Kitab suci adalah berkaitan dengan misi penyebaran agama kristiani, dan Glory yang berarti kejayaan yaitu berkaitan dengan penguasaan dalam bidang politik dan kekuasaan, yakni bahwa Indonesia termasuk ke dalam wilayah kekuasaan pemerintahan Belanda yang berpusat di New Derland. Kebenaran misi ini dapat dilihat dari pernyataan yang terdapat dalam dokumen VOC yang menyatakan "Badan ini harus berniaga di Indonesia dan bila perlu boleh berperang serta harus memerhatikan penyebaran agama Islam dengan mendirikan sekolah." Sehubungan dengan ketentuan ini, Gubernur Van den Cappelen pada tahun 1819 M, merencanakan berdirinya sekolah dasar bagi penduduk pribumi agar dapat membantu pemerintahan Belanda. Disamping untuk menyebarkan agama Kristen, juga agar bangsa Indonesia dapat membaca sehingga dapat mematuhi undang-undang dan peraturan yang dibuat oleh pemerintahan Belanda. Sementara itu, pendidikan agama Islam baik yang dilaksanakan di mushala, masjid, pesantren, dan madrasah dianggap tidak ada gunanya, karena sama sekali tidak membantu pemerintahan Belanda, serta tidak kaitannya sama sekali dengan kemajuan pembangunan, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Lebih dari itu, Belanda menganggap bahwa agama Islam justru sebagai faktor penghambat dan penghalang bagi kemajuan dan kepentinngan Belanda.
Selanjutnya kolonial Belanda memperlakukan umat Islam sejajar dengan pribumi. Sekolah untuk mereka terbatas hanya sekolah di Desa. Padahal Islam adalah agama mayoritas penduduk pribumi. Sedangkan penduduk beragama selain Islam, khususnya Kristen (Ptotestan dan Katolik) diperlakukan sama dengan orang Eropa. Keadaan ini membekas dalam hati umat Islam. Keadaan yang dialami penduduk pribumi pada dasarnya adalah keadaan umat Islam. Di samping itu, kolonial Belanda selalu menempatkan Islam sebagai musuh untuk kolonialisme maupun untuk usaha menyebarkan agama Nasrani.





[1] Machfud syefudin,dkk, Dinamika peradaban Islam, (Yoyakarta: Pustaka Ilmu, 2013),
Previous
Next Post »
0 Komentar